16.3.10

Orangtuanya Desain !

Abis baca Desain itu Seni Terapan tulisan Pak Eka Sofyan Rizal di DGI ato desain grafis Indonesia, jadi inget sama "orangtua"-nya desain. Konon katanya desain itu adalah "anaknya" seni, jadi seni itulah yang melahirkan desain. Nah semenjak mendapatkan informasi itu saya pikir informasi itu memang begitulah adanya, sampai saya juga akhirnya masuk sekolah desain bernama Unpas di Bandung.

Sebetulnya saya ingin sekali menjadi seniman, tetapi apa mau dikata orangtua saya berkata tidak, dan mereka bilang mau jadi apa nantinya, "Kamu adalah anak laki-laki yang akan memimpin sebuah keluarga, dan menghidupinya". Hmmmm... saya tidak menerima alasan itu, maka saya berargumen bahwa saya pasti bisa bertahan dan menjadi seniman sukses, dengan optimis menjadi-jadi.

Untung saja Bapak saya terhitung orangtua yang trendi dan menawarkan pilihan lain yaitu desain, bapak saya bilang desain itu masih "keluarga" seni, jadi kamu masih bisa berseniman-senimanan jika kamu mau, bapak saya pun bilang kalo desain itu "anaknya" Seni.

Waktu berlalu, saya lulus sekolah desain, dan kebingungan. Tarikan Seni menjadi-jadi setelah saya lulus Desain, karena lulus kuliah hanya syarat saja agar orangtua saya senang, anaknya lulusan perguruan tinggi dan percaya bisa menempuh dunia ini.

Ketika saya kembali mencari-cari "orangtua" desain itulah saya menggauli kesenian, dateng ke pameran, ngobrol ama seniman. dan menemukan Seni yang begitu rumit dengan ceritanya dan kaitannya dengan ilmu-ilmu lainnya. Kemudian saya melihat kembali ilmu desain, dan kenapa juga saya berkesenian kalau sekolahnya desain? Kenapa tidak memanfaatkan ilmu yang udah dipelajarin, jadi sambil menyelami kesenian saya juga sekaligus berdesain ria, ibaratnya saya main sama "anak" dan "orang tua"-nya. Semakin intens saya bermain dengan keduanya, semakin jelaslah hubungan mereka.

Setelah sekian lama entah, saya tiba-tiba bisa melihat seni sebagai "orang tua" desain, tetapi kok dia berjenis kelamin laki-laki? Saya sempat bingung dan melihat desain menjadi begitu rupa. Setelah ditilik kembali ternyata saya baru tahu yang dimaksud desain sebagi "anaknya" Seni adalah (dalam kasus ini seni yang dimaksud adalah seni murni dan setelah ini akan ditulis menjadi seni murni) , Seni Murni sebagai "bapaknya" desain. Ya, Seni Murni itu ternyata bukan yang melahirkan desain! Karena mana mungkin laki-laki melahirkan? (walopun mungkin ajah sih klo hermaprodit, eh btw hermaprodit itu gendernya apa yah?...)

Setelah saya sedikit membaca dan banyak mendengar cerita tentang craftivism (Art and Craft Movement) juga tentang tokohnya si bapak William Morris saya mulai medapatkan informasi sejarah desain yang lainnya. Memang Seni ini sudah lebih tua, dan karena keflamboyanannya dan Ke-seni-annya, maka ketika dia mendengar tentang Pergerakan Craft, dia mulai melirik dan merangkulnya, karena keindahannya yang lebih indah, craft memiliki nilai lain, yaitu nilai fungsi. Sedangkan Seni untuk sebuah fungsi hanya sampai pada fungsi estetis, ketika dia diperlakukan tidak "estetis" maka kadar seninya dipertanyakan.

Dengan menganggap sebuah Craft memiliki nilai estetis maka, dengan cara yang entah bagaimana, entah dengan politik atau rayuan gombal sang seni, dia bisa menelikung estetis sebuah craft menjadi bagian dari karya seni. Tapi tidaklah mungkin mengangkat Craft setara dengan Seni, karena kedudukan itu bukan hal yang bisa dinegosiasikan bagi seni. Jadilah Seni mempersunting Craft untuk bersanding dengannya untuk sebuah nilai estetis, hanya saja tetap Seni berada di Galeri, dan Craft berada di "Butik", yang konon katanya craft asalnya berada di jendela rumah para pembuatnya. Setelah akhirnya semua orang melihat hubungan yang mesra ini, maka mereka mulai kebingungan membedakan keduanya, sehingga mereka perlu untuk membuat sebuah nama yang bisa mengakomodir keduanya tanpa saling menjatuhkan diantara Seni dan Craft. Tepatnya entah kapan penggunaan istilah Desain ini, namun jika melihat dari sejarah dan perkembangannya, tidak jauh dari perkembangan Craft dan Seni itulah desain lahir. Melihat karakter desain memang terlihat jelas perpaduan antara keduanya. memiliki nilai estetis dan nilai fungsi, walupun perbandingan antara nilai estetis dan fungsinya bisa sangat relatif.

Maka menurut saya, Desain itu Bukan dilahirkan oleh Seni, tetapi dilahirkan oleh Craft. Nah klo diibaratkan mah menurut saya lho, Craft itu adalah Ibunya Desain, dan Seni itu Bapaknya, maka orangtuanya Desain itu adalah Craft dan Seni, yang menjadi masalahnya adalah apakah status hubungan Seni dan Craft itu? Menikah resmi, Selingkuhkah ato bagaimana, karena saya melihat seni itu banyak menggauli ranah yang lainnya, dia itu entah supel ato bagaimana, entah punya anak lain di bidang lain entahlah.

Nah Desain yang dilahirkan denga status yang entah ini pun membesar dan berkembang menjadi banyak, ada Desain Komunikasi Visual (ato desain Grafis yah???), ada Desain Produk, Desain Interior, dan entah apalagi. Karena background saya adalah Desain Komunikasi Visual, maka saya lebih pusing lagi sekarang, karena ketika jadi mahasiswa dan setelah lulus, saya tetap tidak menjadi seorang DKV, karena DKV terus berkembang, seiring dengan perkembangan komunikasi dan para perangkatnya atau medianya. Bahkan Wikipedia pun masih meminta kontribusi untuk penjelasan tentang DKV ini.


Saya Tidak akan berpanjang lebar lagi masalah kebingungan bidang ato profesi ini, tapi saya sekarang merasa lumayan lega, karena bagi saya "ibu" desain itu adalah Craft, dan saya merasa mendapatkan tempat yang lebih nyaman sekarang, yaitu dipangkuan "ibu". "Ayah" saya entah dia menggauli siapa lagi di luar sana. Semoga di pangkuan sang "Ibu", saya bisa mengerti sebaiknya saya menjadi apa, dan dapat menggunakan ilmu saya sebagaimana mestinya. Amin.